REVOLUSI VESPA GEMBEL
Hati-hati, revolusi sedang berlangsung di berbagai kota yang ada di Indonesia. Hah….! Betul,
tetapi revolusi “Vespa Gembel”. Terbentuknya grup-grup Vespa Gembel di
berbagai kota, bukan menunjukkan kalau pemiliknya gembel, tetapi hanya
merupakan sikap mental, melawan kemapanan. Memang kalau kita amati,
diam-diam sedang terjadi revolusi di berbagai kota melawan kemapanan.
Misalnya munculnya kelompok anak-anak “Punk”, lalu Vespa Gembel, Geng
Motor dan entah nanti apa lagi.
Ingatan
jadi melayang pada era tahun 70 sampai 80-an. Dunia dilanda komunitas
Hipies, yang hidup menggelandang di kota-kota besar, bak masyarakat
Gypsi. Hidup di tenda-tenda di sembarang tempat, mengcuhkan semua
aturan, hidup bebas, termasuk free-sex, hanya untuk melawan sistem yang telah ada: kemapanan! Namun dengan perjalanan sang waktu, mereka hilang dengan sendirinya.
Nah,
apakah munculnya anak-anak Punk dan kelompok Vespa Gembel juga meniru
seperti itu? “Ya, kami sebagai komunitas juga butuh diperhatikan oleh
masyarakat kita yang semakin acuh tak acuh dan hanya mengaggungkan
kelompoknya sendiri saja. Di luar kelompok mereka dianggap salah, bahkan
diseblak,” tutur Sutarno
(28) penduduk Bongsari, Semarang, Jawa Tengah, yang bangga dengan Vespa
Gembelnya dan tergabung dalam “Scooter Butut Club”.
Pernyataan
itu ada benarnya juga. Ketika mereka melintas di jalan raya dengan
Vespa Gembelnya, semua mata tertuju pada dirinya. Ada rasa bangga, dan
sepertinya eksitensinya mereka diakui masyarakat. Inilah salah satu
bentuk revolusi melawan kemapanan. Disamping itu juga ada unsur
kreativitas, urakan (meminjam istilahnya WS Rendra), dan tanpa aturan.
Motor vespa, atau yang dulu dikenal dengan sebutan scooter,
yang sudah tua dan teronggok sia-sia, dirubah penampilannya oleh
mereka. Kadang dikerjakan sendiri dalam modivikasinya, tetapi banyak
juga yang menggunakan jasa bengkel setempat. Setelah disulap sesuai
selera, vespa itu ada yang diselubungi daun, jala, ditempeli
kaleng-keleng bekas, di depannya ditempelkan tengkorak kepala hewan
bertanduk, dan lain-lain. Pokoknya, tampilannya dibuat ancur-ancuran.
Karena itulah disebut sebagai vespa gembel, hasil modifikasi para
penggemarnya.
Begitu
melihat vespa yang mereka kendarai, terlihat beda dengan tampilan vespa
pada umumnya. Ada yang bodynya dibuat pendek banget, malahan sebaliknya
ada yang dibuat memanjang bak ular naga. Tampilannya jadi aneh.
Komunitas Vespa Gembel, ada yang menyebut diri “kelompok motor
nyentrik”, atau “aliran vespa ekstrim” atau ada pula yang menamakan
“komunitas vespa butut”. Sementara orang luar mengenalnya sebagai Vespa
Gembel.
Tampilan
sengaja dibikin hancur lebur, kayak rongsokan. Hanya mesin yang
performanya dibikin bagus. Dari mulai dudukan toilet, angkoran sapi,
sampai binatang yang sudah diawetkan dengan dair keras, bisa ikut
menghiasi. Singkat kata, tak ada batasan. Terserah imajinasi yang punya
vespa. Termasuk modifikasi, ukuran panjang vespa.
Ngak
tau kebetulan atau bukan, tampilan vespa yang berkesan urakan tapi
dengan mesin yang siap buat dibawa jalan jauh, seperti mencerminkan
kepribadian para penggemarnya, yang terkesan cuek dan bebas dari aturan.
Namun didalam hatinya sangat menjunjung persahabatan. Mereka seperti
sang pengembara dalam film “ Mad Max”, mengembara dengan vespa
kesayangan dari kota ke kota, adalah salah satu wujud betapa vespa
menjadikan hidup mereka penuh warna. Dalam perjalanan itu juga,
solidaritas yang ada di antara sesama pengguna vespa nyentrik itu, bisa
terwujud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar