Selasa, 26 Februari 2013

REVOLUSI VESPA GEMBEL

Hati-hati, revolusi sedang berlangsung di berbagai kota yang ada di Indonesia. Hah….!  Betul, tetapi revolusi “Vespa Gembel”. Terbentuknya grup-grup Vespa Gembel di berbagai kota, bukan menunjukkan kalau pemiliknya gembel, tetapi hanya merupakan sikap mental, melawan kemapanan. Memang kalau kita amati, diam-diam sedang terjadi revolusi di berbagai kota melawan kemapanan. Misalnya munculnya kelompok anak-anak “Punk”, lalu Vespa Gembel, Geng Motor  dan entah nanti apa lagi.

Ingatan jadi melayang pada era tahun 70 sampai 80-an. Dunia dilanda komunitas Hipies, yang hidup menggelandang di kota-kota besar, bak masyarakat Gypsi. Hidup di tenda-tenda di sembarang tempat, mengcuhkan semua aturan, hidup bebas, termasuk free-sex, hanya untuk melawan sistem yang telah ada: kemapanan! Namun dengan perjalanan sang waktu, mereka hilang dengan sendirinya.

Nah, apakah munculnya anak-anak Punk dan kelompok Vespa Gembel juga meniru seperti itu? “Ya, kami sebagai komunitas juga butuh diperhatikan oleh masyarakat kita yang semakin acuh tak acuh dan hanya mengaggungkan kelompoknya sendiri saja. Di luar kelompok mereka dianggap salah, bahkan diseblak,” tutur Sutarno (28) penduduk Bongsari, Semarang, Jawa Tengah, yang bangga dengan Vespa Gembelnya dan tergabung dalam “Scooter Butut Club”.

Pernyataan itu ada benarnya juga. Ketika mereka melintas di jalan raya dengan Vespa Gembelnya, semua mata tertuju pada dirinya. Ada rasa bangga, dan sepertinya eksitensinya mereka diakui masyarakat. Inilah salah satu bentuk revolusi melawan kemapanan. Disamping itu juga ada unsur kreativitas, urakan (meminjam istilahnya WS Rendra), dan tanpa aturan.

Motor vespa, atau yang dulu dikenal dengan sebutan scooter, yang sudah tua dan teronggok sia-sia, dirubah penampilannya oleh mereka. Kadang dikerjakan sendiri dalam modivikasinya, tetapi banyak juga yang menggunakan jasa bengkel setempat. Setelah disulap sesuai selera, vespa itu ada yang diselubungi daun, jala, ditempeli kaleng-keleng bekas, di depannya ditempelkan tengkorak kepala hewan bertanduk, dan lain-lain. Pokoknya, tampilannya dibuat ancur-ancuran. Karena itulah disebut sebagai vespa gembel, hasil modifikasi para penggemarnya.

Begitu melihat vespa yang mereka kendarai, terlihat beda dengan tampilan vespa pada umumnya. Ada yang bodynya dibuat pendek banget, malahan sebaliknya ada yang dibuat memanjang bak ular naga. Tampilannya jadi aneh. Komunitas Vespa Gembel, ada yang menyebut diri “kelompok motor nyentrik”, atau “aliran vespa ekstrim” atau ada pula yang menamakan “komunitas vespa butut”. Sementara orang luar mengenalnya sebagai Vespa Gembel.

Tampilan sengaja dibikin hancur lebur, kayak rongsokan. Hanya mesin yang performanya dibikin bagus. Dari mulai dudukan toilet, angkoran sapi, sampai binatang yang sudah diawetkan dengan dair keras, bisa ikut menghiasi. Singkat kata, tak ada batasan. Terserah imajinasi yang punya vespa. Termasuk modifikasi, ukuran panjang vespa.

Ngak tau kebetulan atau bukan, tampilan vespa yang berkesan urakan tapi dengan mesin yang siap buat dibawa jalan jauh, seperti mencerminkan kepribadian para penggemarnya, yang terkesan cuek dan bebas dari aturan. Namun didalam hatinya sangat menjunjung persahabatan. Mereka seperti sang pengembara dalam film “ Mad Max”, mengembara dengan vespa kesayangan dari kota ke kota, adalah salah satu wujud betapa vespa menjadikan hidup mereka penuh warna. Dalam perjalanan itu juga, solidaritas yang ada di antara sesama pengguna vespa nyentrik itu, bisa terwujud. 

GEMBEL, TAPI CINTA LINGKUNGAN

GEMBEL, TAPI CINTA LINGKUNGAN


Jangan heran kalau  melihat tampilan sebuah Vespa kumal, dengan gantungan kaleng bekas oli, kaleng minuman, botol plastik, potongan kain, spanduk kumal, jerami, sampai celana dalam, sering kita temui melintas di jalanan. Kendaraan bermotor seperti itu tentu membuat penilaian yang beragam di masyarakat. Bagaimana tanggapan para pecinta sepeda motor jenis skuter  vespa itu,  atas tudingan yang dianggap miring tersebut? Yang jelas, mereka yang menjalaninya, cuek atau acuh tak acuh saja.
Suatu siang yang cerah,  suara knalpot sember memecah suasana di jalan utama kota  Semarang. Hampir semua mata di sekitarnya mengalihkan pandangan ke arah sumber suara. Sebuah kendaraan bermotor jenis Vespa penuh dengan ”hiasan” sampah melintas pelan. Kecepatannya tak sebanding dengan suaranya yang kencang memekakkan telinga. Kendaraan yang berjalan tak lebih dari 40 kilometer per jam itu hendak menuju Ungaran, Kabupaten Semarang. Pengendaranya seorang lelaki muda berboncengan dengan cewek cantik. Di tempat duduk paling belakang, terlihat  gulungan karpet yang terlipat rapi.
Jika diamati lebih dekat, kendaraan bermotor tersebut ternyata sebuah  Vespa rombeng tahun 1970-an  yang sudah dimodifikasi sesuka mereka   Vespa dirombak sedemikian rupa, shingga bentuknya jadi aneh. Setang tinggi menjulang yang biasa disebut setang monyet, karena pengendaranya terlihat seperti monyet sedang menggelayut di batang pohon. Tetapi pengendara  dan yang diboncengkan enjoy saja.
Perombakan Vespa seperti itu memang macam-macam. Ada yang menambahi gerobak atau sespan di sampingnya. Ada pula yang menceperkan dan memanjangkan badan vespa hingga bermeter-meter, ada yang 2 meter, ada pula yang sampai 8 meter. Edan tenan. Memang ciri khusus Vespa Gembel adalah kotor dan penuh cantelan barang bekas atau sampah. Maklum, penggemarnya sengaja tidak mencucinya berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Tampilan vespa makin terlihat kumuh karena penggemarnya kerap menempelkan aneka ”sampah” sebagai aksesori. Mulai dari karung goni, drum bekas, galon air, sandal jepit, CD, selongsong mortir, botol infus, tengkorak sapi, hingga celana dalam, batu nisan dan lain-lain. Jika dibilang sebuah sepeda motor, sepertinya sudah ”menyalahi kodrat”.
Namun, tudingan masyarakat yang beragam seperti tidak menaati peraturan lalu lintas, atau kotoran berjalan, dianggap angin lalu oleh mereka. Namun, sikap mereka ternyata tak sekumuh penampilannya. Mereka tetap menaati peraturan yang berlaku di jalan. Sopan bila diajak bicara, dan disetiap tempat, pemberhentian, selalu menjaga kebersihan lingkungan.
Komunitas Vespa Gembel, ada di berbagai kota di Indonesia. Khusus di Semarang, ada Komunitas Vespa Orang Semarang (VOS). Kelompok ini bermarkas di Bulusan, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Mereka tidak mau disebut sebagai grup Vespa Gembel, tetapi menyebut diri sebagai kelompok Kendaraan Vespa Ekstrem.
Pengurus VOS Hari Setyawan (22) menjelaskan, komunitas yang berdiri tahun 2001 ini sudah ”kebal telinga” disebut sebagai komunitas preman, gembel atau tidak patuh terhadap hukum. Terutama kepada delapan anggotanya yang memakai vespa ekstrem. Sebutan itu justru membuat komunitas yang memiliki 25 anggota ini makin eksis dan dikenal hingga ujung pulau Sumatera dan Bali. ”Kami juga manusia biasa yang memiliki akal, pikiran dan hati nurani. Jangan asal melihat dari penampilan saja. Surat-surat kendaraan kami lengkap, kami warga yang taat terhadap hukum,” ujarnya.
Mengembara dengan vespa kesayangan dari kota ke kota adalah wujud betapa vespa menjadikan hidup mereka penuh warna. Dalam perjalanan itu juga, solidaritas di antara sesama pengguna vespa nyentrik itu terwujud. Saling melambaikan tangan atau hormat antarpengendara sebagai ciri khas yang konon tak pernah dilakukan oleh pengendara motor lainnya. Bahkan, saat pengendara vespa melihat ada pengendara vespa lainnya mogok di pinggir jalan, meski belum saling mengenal, mereka akan berhenti dan membantu agar bisa berjalan lagi.
”Ini yang membedakan dan menjadi ciri yang tak ada duanya dengan pengguna motor lainnya. Saya pernah kehabisan uang dan bensin di Ngawi, Jawa Timur, saya ditolong oleh pengendara vespa yang awalnya tidak kenal dan sekarang seperti keluarga saja,” ungkap Owol, panggilan akrab Hari Setyawan .
Sedangkan ”sampah” yang menggantung di belakang dan depan vespa, menurutnya, bukan sampah yang mengotori jalanan. Para penggemar vespa ekstrem ini justru turut membantu pemerintah dalam menjaga kebersihan lingkungan. Kaleng bekas dan botol minuman yang dibawa ini sebenarnya dikumpulkan oleh merekadi jalanan. Setelah barang bekas terkumpul banyak, dijual ke tukang rosok. Sementara barang yang tidak laku, dibiarkan menggantung. ”Uang hasil penjualan barang-barang itu untuk beli bensin dan makan saat melakukan touring,” tandasnya.
Mengembara dari kota ke kota lain dan menyambangi komunitas pecinta motor buatan:Enrico Piaggio tahun 1884 ini,  tak pernah membawa bekal yang cukup. Maklum, penggemar vespa mayoritas adalah masyarakat dengan ekonomi kelas bawah. Mengumpulkan barang bekas adalah solusi mereka agar tetap bisa berjalan, selain berhenti di samping lampu merah untuk mengamen.
Syarat untuk menjadi anggota komunitas vespa ini sangat gampang, yakni memiliki vespa yang harganya murah, dan mau ngumpul. Sedangkan untuk iuran, komunitas ini tidak membatasi jumlahnya. Alasannya, menyesuaikan kemampuan ekonomi anggota. Iuran itu biasanya digunakan untuk kegiatan sosial, seperti membantu anggota komunitas yang sakit, anggota yang menikah, istri anggota yang melahirkan atau anggota yang benar-benar tidak mampu membeli beras. Tak ada aturan yang mengikat, karena komunitas ini memang tidak memiliki anggaran dasar maupun anggaran rumah tangga (AD/ART).
”Organisasi yang bebas tapi menjunjung tinggi kekeluargaan, itu semangat yang tak boleh hilang dari komunitas vespa. Kalau orang kaya bisa pamer kemewahan, kita bisa pamer kegembelan atau keekstreman,” tutur mereka berargumentasi. Memang harus diakui, tampilan vespa ekstrem merupakan bentuk kebebasan yang ditunjukkan oleh pemakainya. Meski anggotanya tidak dilarang menggunakan vespa jenis ini, dia menilai vespa ekstrem sebagai bentuk pemakainya yang ingin mencari sensasi tersendiri saat melintas di jalanan. 
Jejaring komunitas Vespa Gembel sangatlah kuat hingga ke kota-kota lain di luar Pulau Jawa. Mereka saling mengunjungi, saling membantu dan saling mendoakan. Ada aturan tidak tersurat ketika sebuah komunitas lain yang mampir ke markas mereka, yakni kewajiban menjamu. Menyediakan makanan, tempat menginap sederhana, kadang juga membantu uang bensin. ”Dengan Vespa Gembel, kita satu keluarga”, itulah semboyan mereka. Masihkah kita menutup mata dengan keberadaan mereka? Ataukah ini pertanda revolusi melawan kemapanan sedang berlangsung? Ah, entahlah
vespa gembel ke indonesia

 Di Indonesia sendiri, Vespa baru dikenal sejak tahun 1960-an yaitu Vespa Congo. Kendaraan ini diberikan oleh pemerintah Indonesia kepada pasukan TNI (Garuda) yang pulang dari misis PBB di Congo, Afrika.
Revolusi selera terhadap Vespa bagi komunitas pemakai Vespa dan pecinta Vespa negeri orang dibanding di Indonesia sama-sama mengalami pergeseran yang ekstrim dan agresif, tapi perbedaannya yang paling menyolok adalah jenis selera yang berbanding terbalik.

Jika di luar negeri orang mencari Vespa lama untuk dimodigfikasi menjadi benda yang antik, elegan dan romantis, di Indonesia justru (sebagian besar) memodifikasinya menjadi jenis Gembel, Angker, Kolot atau vespa berkarat dan kesannya jorok atau kotor.

Pasti Anda pernah melihat segerombolan motor Vespa dengan gaya urakan yang terkesan tidak diurus oleh penggunanya. Itu adalah komunitas Vespa gembel yang memang dengan sengaja mendesain tunggangannya seperti itu adanya.

Komunitas ini sudah tersebar luas di Jakarta dan sekitarnya dan terbagi dalam berbagai kelompok. Namun, meskipun berkelompok visi mereka tetaplah sama yaitu kebersamaan dan kekeluargaan.

Seperti Eko Banana dari komunitas Vespa gembel Scooterist. Ketertarikan dia mengikuti komunitas ini lantaran dia memang hobi mengembara.

Komunitas Vespa gembel biasanya memodifikasi motormya dengan bermacam gaya, ada yang Classic, Sasis dan Chopper dan berbagai macam aliran modifikasi Vespa mereka lakoni.

Tunggangan sengaja dibikin hancur dan urakan, bak tong sampah berjalan. Mulai dari CD, kaleng susu, dedaunan bahkan kepala kambing menghiasi motor Vespa komunitas ini. Anehnya lagi, tak ada istilah malu bagi komunitas ini.
ini dia koleksi foto vespa “gembel” nya gan…
cekidot….

Vespa Gembel Indonesia (Weird Custom Vespa)

 


Anda mungkin berfikir ini adalah sesuatu hal yang menyedihkan dan kotor, menurut Monster Bego ini adalah asli style komunitas vespa Indonesia, dengan gaya yang khas dan ciri yang benar-benar beda dari vespa yang pada umumnya. Benar-benar seni yang sangat sulit di mengerti tapi sangat menarik untuk di lihat dan menyenangkan.

Ini beberapa pict. langsung dari jalana :









Dengan pengexpresian para pecinta vespa Indonesia ini, kita sangat bangga karena memiliki ciri style yang nggak kalah menarik dari club-club luar negeri, mungkin style vespa Indonesia inilah yang paling keren dan sangar dari seluruh dunia. Kita disini melihat bahwa seni itu tidak terbatas pada sesuatu hal  saja, tepi seni itu luas mencakup beberapa unsur, dan unsur-unsur seni itu telah dimunculkan oleh para komunitas vespa. Maju terus komunitas vespa aneh Indonesia.

















Sejarah Vespa


Vespa
 
Vespa adalah merek sepeda motor jenis skuter yang berasal dari Italia. Perusahaan induk dari Vespa, adalah Piaggio. Pada awal kedatangannya Vespa mempunyai saingan berat skuter Lambretta, sekarang otomatis Vespa sebagai motor skuter konvensional tidak mempunyai saingan lagi. Pasar sepeda motor Indonesia yang unik tidak memberikan kesempatan kepada Vespa untuk menjadi besar. Merek yang diedarkan oleh PT Dan Motor Indonesia ini mempunyai penggemar fanatik, dan klub-klub penggemar Vespa (terutama Vespa klasik) menjamur diberbagai kota di Indonesia, Juga sering disebut Piaggio Kodok karena mirip VW Kodok.dan vespa menjadi salah satu alat transportasi yang modern sampai saat ini. Vespa juga termasuk alat transportasi yang ekonomis, karena harganya yang relatif murah tapi tetap berkualitas. akhir-akhir ini pula vespa mulai mengeluarkan produk baru nya yaitu vespa matic.
Piaggio dibangun oleh pemuda berusia 24 tahun bernama Rinaldo Piaggio di 1884 dengan memproduksi kapal mewah, kereta, mesin hingga body truk. Terjadinya Perang Dunia 1 membawa perubahan terhadap aktivitas Piaggio selama beberapa decade. Mereka mulai memproduksi pesawat dan seaplanes alias pesawat yang memiliki kemampuan mendarat di atas air. Untuk menunjang produksinya, mereka membutuhkan fasilitas produksi yang lebih banyak. Di 1917 Piaggio membangun pabrik baru di Pisa, diikuti oleh pabrik di Pontedera empat tahun berikutnya. Sebelum dan sesudah Perang Dunia II, Piaggio menjadi salah satu produsen pesawat terbaik di Italia sebelum akhirnya pabriknya hancur akibat perang.
Lepas perang berakhir, Putra Rinaldo Piaggio, Enrico dan Armando membangun kembali pabrik di Pontedera yang luluh lantah. Setelah membawa mesin dari pabrik Biella, Enrico kembali memproduksi sebuah produk yang fokus terhadap mobilitas personal. Dia menggunakan sebagian intuisinya untuk mengembangkan kendaraan dengan desain luar biasa berkat tangan dingin insinyur aeronautika, Corradino D’Ascanio. Vespa – yang dalam bahasa Italia berarti Lebah merupakan buah dari determinasi Enrico Piaggio yang bersikeras untuk membuat sebuah produk dengan biaya rendah.
Selama lebih dari 6 dekade mendominasi segmen skuter, Vespa hingga saat ini menjadi contoh unik industri desain yang tidak akan pernah mati. Berkat inovasi baik teknologi maupun desain yang telah dituangkan telah membuat produk Vespa lambat laun berubah dari sebuah produk transportasi menjadi salah satu bagian dari sejarah sosial.
Vespa merupakan simbol dari kreativitas ala Italia yang termashyur di seluruh dunia yang dibuktikan oleh kesuksesan penjualan dari tahun ke tahun. Vespa juga terkenal sebagai salah satu merk yang bernaung di bawah payung Piaggio Group yang bermarkas di Pontedera (Pisa) dan menjadi salah satu pimpinan manufaktur roda dua di dunia.
Piaggio Group secara global memiliki beberapa pabrik, antara lain: Pontedera (Pisa) yang memproduksi merk Piaggio, Vespa dan Gilera; Scorze (Venice) tempat memproduksi Aprilia dan Scarabeo; Mandello del Lario (Lecco) untuk merk Moto Guzzi; Baramati (India) yang memproduksi light-commercial vehicles roda tiga dan empat untuk pasar India; dan Vinh Phuc (Vietnam) tempat pembuatan skuter Vespa untuk pasar lokal dan ASEAN. Rentang produksi Piaggio Group meliputi skuter, sepeda motor dan moped mulai dari kapasitass 50 hingga 1.200cc yang dijual dibawah merk Piaggio, Vespa, Gilera, Aprilia, Moto Guzzi, Derbi dan Scarabeo. Piaggio Grup juga merupakan manufaktur untuk light commercial vehicles roda tiga dan empat dengan merk Ape, Porter dan Quargo
PT. Danmotor Vespa Indonesia (DVI/Danmotor) adalah produsen Vespa terbesar di Asia Tenggara sekaligus mata rantai yang tak terpisahkan dari sejarah Vespa di dunia. perusahaan ini didirikan tanggal 27 Juli 1970 dan kemudian berhenti berproduksi tahun 2007. Ada 2 artikel tentang detail PT Danmotor yang jarang diketahui orang. Pertama dari artikel Otomotif edisi majalah (edisi khusus) 03 tahun 2002 halaman 18 dan artikel kedua dari majalah MotoRiders edisi ke-26 bulan April 2003 halaman 70, saya ambil dari forum Vespa Indonesia Online (VIO) yang sebelumnya saya ketik sendiri dengan username saya sendiri. Semoga artikel ini berguna bagi kita semua

SEJARAH VESPA YANG LEGENDARIS


Vespa adalah merk scooter dari Italia. Vespa didirikan tanggal 23 April 1946 di Florence di bawah perusahaan induk Piaggio & Co. SpA yang bermarkas di  Pontedera Italia.   Piaggio merupakan perusahaan pembuat kendaraan roda dua terbesar di Eropa dan terbesar ke-empat dunia ditinjau dari sisi penjualan. Sejak awal produksi, skuter Vespa telah terkenal akan cat yang melekat kuat, body motor yang terbuat dari baja tekan, penutup mesin yang punya estetika (yang sekaligus bisa menyembunyikan mekanisme mesin maupun gemuk atau kotoran yang menempel), papan pijakan kaki rata (yang menyediakan perlindungan kaki), dan tameng depan struktural yang sekaligus melindungi pengendara dari terpaan angin maupun air dari depan.    Tidak diragukan lagi, Vespa merupakan skuter pertama yang secara global meraih kesuksesan.
 Inspirasi desain Vespa (dan Lambretta) dianggap diambil dari skuter buatan Nebraska, Amerika yaitu skuter Cushman Airborne A53 berwarna hijau zaitun (di kemudian hari justru Cushman menjadi pabrik di bawah lisensi Vespa)  yang sebelum PD2 banyak berkeliaran di Italia sebagai transportasi militer Amerika karena taktik perang NAZI saat itu yang menghancurkan jalan dan jembatan di Dolomites (daerah sektor Alps) dan  perbatasan Austria.
Pada Perang Dunia I dan II, perusahaan pendahulu Vespa (Piaggio) memfokuskan pada produksi pesawat pembom.  Mungkin itu yang menjadi alasan mengapa Pontedera menjadi target dan akhirnya dihancurkan oleh bom Sekutu.   Ekonomi Italia pun lumpuh dan keadaan jalan yang hancur saat itu tidak mendukung pembangunan kembali pasar mobil.   Enrico Piaggio, putra pendiri Rinaldo Piaggio, memutuskan untuk meninggalkan bidang penerbangan dalam rangka mengatasi kebutuhan mendesak Italia akan sarana transportasi yang modern namun cukup terjangkau oleh rakyat.  
Enrico Piaggio melalui pabriknya di Biella sebenarnya telah memproduksi motor-scooter (1943-1944).   Prototipe ini didesain oleh insinyur Piaggio yaitu Renzo Spolti bersama Vittorio Casini dan diberi kode MP5 (Moto Piaggio 5), yang kemudian oleh para pekerja dinamai “Paperino” yang berarti “Donald Duck”.   Enrico Piaggio tidak menyukai desain ini kemudian meminta insinyur Corradino D’Ascanio untuk me-review proyek tersebut dan mendesain kembali sesuatu yang berbeda, dengan pengembangan teknis dan model.   Meskipun tidak suka, namun 100 unit Paperino telah diproduksi yang sekarang hanya dimiliki oleh para kolektor (salah satunya ada di Indonesia). 
 
(Spesifikasi Paperino : Dua tak, Silinder tunggal, Bore 50 mm, Stroke 50 mm, Kapasitas 98 cc, Girbox continuous speed-variator, Transmisi rantai atau cardan, Top speed 60 km/h,  Suspensi 2 pipa berpegas, Rem tromol, Ban 4.00-10)
Insinyur aeronautika Corradino D’Ascanio (bergabung dengan Piaggio tahun 1934) yang mendapat tugas pendesainan kembali tersebut sebelumnya bertanggung jawab akan desain, konstruksi, dan menerbangkan helikopter modern pertama Agusta.    D’Ascanio sebelumnya telah dimintai konsultasi oleh Ferdinando Innocenti untuk mendesain kendaraan yang sederhana, kuat, dan terjangkau, mudah dikendarai laki-laki maupun wanita, bisa memuat penumpang, dan tidak membuat pakaian pengendaranya kotor (maka keluarlah Lambretta pertama).    Karena suatu hal, D’Ascanio bermasalah dengan Innocenti kemudian menyerahkan desainnya kepada Enrico Piaggio.

D’Ascanio membuat rancangan yang simple, ekonomis, nyaman dan juga elegan.   D’Ascanio memang  memimpikan sebuah revolusi kendaraan baru karena ia sendiri sebenarnya benci dan tidak dapat mengendarai sepeda motor roda dua karena dianggapnya berat, kotor, dan tidak tangguh.    Maka ia mengambil gambaran dari keahliannya di bidang teknologi pesawat terbang.   Dia membayangkan sebuah kendaraan yang dibangun dengan sebuah “Monocoque” atau Unibody Steel Chassis.   Garpu depan seperti ban pesawat yang sedang mendarat dan mudah untuk penggantian ban.   Hasilnya adalah sebuah design yg terinspirasi dari pesawat yang sampai saat ini berbeda dengan kendaraan yang lain.

Tahun 1945, tahun dimana Indonesia mendapatkan kemerdekaannya, konstruksi alternatif tersebut ditemukan. Awalnya berupa sebuah konsep sepeda motor berkerangka besi dengan lekuk membulat bagai terowong.  Yang mengejutkan, ternyata bagian staternya dirancang dengan menggunakan komponen bom dan rodanya diambil dari roda pesawat tempur.  Guna mengoptimalkan bentuk dan keamanan penggunanya, sang insinyur merancang papan penutup kaki pada bagian depan.  Proyek ini dipimpin langsung oleh Corradino d’Ascanio sehingga hak paten pun segera dapat mereka kantongi.

Tahun 1946, selesailah prototipe skuter dengan seri MP 6 (Moto Piaggio 6). Saat sang boz Enrico Piaggio melihat prototipe MP6 itu, ia secara tak sengaja berseru “Sambra Una Vespa” (terlihat seperti Tawon). Akhirnya dari seruan tak sengaja itu, diputuskan kendaraan tersebut diberi nama “Vespa” (=tawon). Vespa menurut bahasa Latin dan Italia memang berarti tawon.
 
Pada tanggal 23 April 1946, jam 12 di kantor pusat untuk penemuan, model dan pembuatan Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Ministry of Industry and Commerce) di Florence, Piaggio e CSpA mengambil paten untuk “sebuah sepeda motor yang kompleks, bagian dan elemennya rasional, yang digabungkan dengan frame yang dilengkapi tameng lumpur,  dan casing yang menutupi seluruh bagian mekanis “.   Pada bulan Desember hak paten tersebut disetujui.   Pada musim semi 1946, tiga belas contoh pertama MP6 yang diproduksi massal di pabrik Piaggio di Pontedera, Italia muncul.
Setelah debut publik di Milan Fair 1946, lima puluh pertama dijual perlahan, mungkin karena harganya untuk segmen atas seperti ketika pertama kali diintroduksi ke Indonesia.    Penjualan vespa tahun 1947 sejumlah 2.500 unit, lebih dari 10.000 unit pada tahun 1948, 35.000 unit pada akhir tahun 1949, lebih dari 60.000 unit pada tahun 1950, dan lebih dari satu juta unit pada tahun 1956 yang membuktikan bahwa bentuk ‘tawon’ tersebut sangat bisa diterima oleh masyarakat saat itu.  Selain kesuksesan Italia dalam menjadi perintis bentuk motor ala ‘tawon’ itu, bahasa Italia juga mendapatkan kosa kata baru, yaitu “vespare” yang berarti pergi ke suatu tempat menggunakan Vespa.

Antara tahun 1960-an hingga 1970-an, Vespa menjadi simbol dari revolusi gagasan pada waktu itu.  Produk ini ternyata laris diserap pasar Prancis, Inggris, Belgia, Spanyol, Brazil, dan India — selain di pasar domestik produk ini laku bagai kacang goreng.   Selain itu, India pun memproduksi jenis dan bentuk yang sama dengan mengambil mesin Bajaj.   Jenisnya adalah Bajaj Deluxe dan Bajaj Super.   Sejumlah pihak lantas mengajukan lamaran untuk joint membuat Vespa.
Pada 1950 munculah Vespa 125 cc buatan Jerman.  Pada saat itu banyak negara lain yang mencoba membuat produk serupa, tetapi ternyata mereka tak sedikitpun mampu menyaingi Piaggio.  Di antara pesaing itu adalah Lambretta, Heinkel, Zundapp, dan NSU.  Bagi masyarakat Indonesia, produk Lambretta dan Zundapp, sempat populer di era 1960-an.  Ada yang menganggap bahwa fanatisme terhadap Vespa ternyata muncul akibat ciri dasar bentuk motor ini yang selalu dipertahankan pada setiap produk berikutnya.   Bahkan saat mereka terbilang melakukan ”revolusi” bentuk pada produk baru, Vespa 150 GS, kekhasan pantat bahenol masih terasa melekat.
  
Produk GS 150 kala itu sangat populer sehingga hampir selalu tampil di tiap film tahun 1960-an.   Kala itu vespa ini dikenal sebagai Vespamore (di Indonesia dikenal sebagai vespa Ndog / telur atau vespa Kongo).    Kemudi dan lampu sorot seri ini mulai dibuat menyatu dan bentuk pantatnya benar-benar masih membulat yang menjadi ciri khasnya.
Vespa secara garis besar terbagi dalam dua ukuran, “largeframe” dan “smallframe”.    Vespa smallframe terdiri dari versi 50 cc, 90 cc, 100 cc, dan 125 cc.   Semua menggunakan mesin yang diturunkan dari model 50 cc tahun 1963.   Vespa largeframe di 125 cc, 150 cc, 160 cc, 180 cc, dan 200 cc menggunakan mesin yang diturunkan dari mesin 125 cc yang didesain ulang produksi akhir tahun 1950-an.    Vespa largeframe berevolusi menjadi PX di akhir 1970-an dan diproduksi dengan versi 125 cc dan 150 cc sampai Juli 2007.    Smallframe berevolusi menjadi PK pada awal tahun 1980.

Dan cerita terus berlanjut saat ini dengan model generasi baru Vespa dengan mempersembahkan Vespa ET2, Vespa ET4, Vespa Grand Turismo dan Vespa PX 150.   Vespa bukan hanya sekedar skuter tapi menjadi salah satu icon besar orang Italia. 

Berikut ini adalah tahun rilis masing-masing model Vespa (dari tahun 1944 hingga 1980) :
Vespa MP5 & MP6 Prototipe – 1944 hingga 1945
Vespa 98 – 1946
Vespa Corsa – 1947
Vespa 125 – 1948
Vespa GS 150 – VS1 to VS5 Gran Sport – 1955 hingga 1961
Vespa GS 160 – MK1 to MK2 – 1962
Vespa GT Gran Turismo & Sportique – 1962 hingga 1967
Vespa 125 Super & 150 Super VBC – 1965 hingga 1979
Vespa Sprint & Sprint Veloce VLB – 1969 hingga 1979
Vespa SS 180 SuperSport – 1964 hingga 1968
Vespa Rally – 1968 hingga 1972
Vespa 50 & 50 Special – 1964 hingga 1973
Vespa Primavera – 1968 hingga 1976
Vespa PX – 1980 hingga 1982

sejarah vespa masuk ke Indonesia



Seperti telah kita sama-sama ketahui, perang yang berkecamuk di benua Afrika dalam dekade 1960?an memberikan dampak yang irasional terhadap popularitas Vespa khususnya di tanah air tercinta ini. Sebagai bagian dari kepedulian Bangsa Indonesia terhadap perdamaian dunia, maka setelah berakhirnya Perang Congo (negara ini beberapa kali berganti nama Congo, Zaire, Congo) tanggal 31 Juli 1960 PBB mendaulat Republik Indonesia untuk mengirimkan pasukannya guna menjadi bagian dari pasukan penjaga perdamaian di Negara Congo. Wujud kepedulian yang tinggi atas perdamaian dimuka bumi, Bangsa Indonesia mengutus pasukan terbaiknya ke Congo dengan sandi Pasukan Garuda Indonesia melalui beberapa kali pendaratan.





Setelah tugas sebagai pasukan penjaga perdamaian diselesaikan, Pasukan Garuda Indonesia menerima tanda penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia, dimana salah satunya berupa Vespa (dari beberapa sumber mengatakan bahwa dalam pemberian itu juga ada yang berbentuk uang dan beberapa peti jarum jahit). Terlihat disini Vespa sesungguhnya telah mengikat kita (para scooteris) dengan bangsa kita dalam kancah internasional, walaupun tidak pernah tertulis dalam tinta emas sejarah republik ini.


Menarik disimak bahwa penghargaan Vespa tersebut juga tidak terlepas dari tradisi dalam dunia kemiliteran. Beberapa sumber mengatakan bahwa untuk Vespa yang berwarna hijau 150 cc ditujukan bagi tentara yg lebih tinggi tingkat kepangkatannya, sementara yang berwarna kuning dan biru 125 cc untuk tingkat kepangkatan yang lebih rendah. Selain itu guna melengkapi jati diri atas Vespa dimaksud juga di sematkan tanda nomor prajurit yang bersangkutan, pada sisi sebelah kiri handlebar (stang) yang berbentuk oval terbuat dari bahan kuningan serta sebuah piagam penghargaan yang menyertainya.


Setelah itu maka pada tahun-tahun tersebut ramailah Vespa dengan sebutan Vespa Congo berseliweran di jalan-jalan, sebuah Vespa baru yang menambah tipe Vespa sebelumnya telah hadir. Kondisi ini ternyata juga memberikan dampak positif bagi penjualan Vespa di tanah air saat itu. Vespa Congo yang berbentuk bulat telah memberikan konstribusi berupa iklan gratis bagi importir Vespa di Indonesia. Perkembangan ini kemudian menimbulkan semacam stigma disini bahwa Vespa yg berbentuk bulat ya?Vespa Congo.


Jadi jangan heran apabila saat ini generasi sebelum kita menyebut Vespa bulat dengan sebutan Vespa Congo, walaupun Vespa yang dimaksud sesungguhnya adalah Vespa keluaran tahun 1962 atau Vespa keluaran tahun 1965

Seiring dengan perjalanan waktu maka mulailah sebuah evolusi kepunahan atas Vespa Congo di tanah air terjadi. Banyak sebab yang menjadikan hal tersebut terjadi, seperti telah dijualnya Vespa dimaksud oleh pemilik aslinya atau ada beberapa bagian yang rusak berat sehingga sangat sulit untuk diperbaiki. Hal ini mengingat terbatasnya jumlah Vespa jenis tersebut yang disebabkan keberadaannya juga sangat signifikan dengan jumlah tentara kita yang menerima. Walaupun penulis pernah menemui Vespa jenis tersebut yang bukan milik Pasukan Garuda Indonesia (sepertinya pernah juga Vespa jenis tersebut masuk ke Indonesia melalui importir Vespa waktu itu ), namun tetap saja pasokan akan suku cadang maupun hal-hal lain yang menyertainya, seperti spakbor depan atau speedo meternya sangat minim tersedia. Tidak demikian halnya dengan Vespa jenis lain yang masih banyak diproduksi walaupun oleh rumah produksi lokal.


Dengan kondisi tersebut di atas maka Vespa Congo mulai masuk daftar sebagai salah satu The Most Wanted Vespa in Indonesia, yang dijadikan tunggangan scooteris maupun sebagai barang koleksi bagi kolektor Vespa.

SEJARAH VESPA KONGO


VESPA MASUK KE INDONESIA
Vespa masuk ke Indonesia pada tahun 1960 melalui ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merk) PT Danmotors Vespa Indonesia/DVI di Pulo Gadung Jakarta yang sekarang sudah tidak aktif lagi (sekarang dipegang oleh PT Sentra Kreasi Niaga/SKN sebagai dealer utama saja. Note: Bukan importir atau distributor eksklusif).

VESPA KONGO
Vespa Kongo adalah vespa penghargaan dari pemerintah Indonesia kepada kontingen Pasukan Penjaga Perdamaian Indonesia yang bertugas di Kongo saat itu. Pasukan bernama Kontingen Garuda (disingkat KONGA atau Pasukan Garuda) yang turut diperhitungkan di dunia dibandingkan pasukan perdamaian negara lain itu adalah pasukan Tentara Nasional Indonesia yang ditugaskan sebagai pasukan perdamaian di negara lain. Indonesia mulai turut serta mengirim pasukannya sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian PBB sejak 1957. Awalnya, saat Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, Mesir langsung mengadakan sidang menteri luar negeri negara-negara Liga Arab dan merupakan negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia dengan datang langsung ke Ibu Kota RI waktu itu yaitu Yogyakarta. Untuk membalas budi Mesir dan Liga Arab, Presiden Sukarno membalas pembelaan negara-negara Arab di forum internasional dengan mengunjungi Mesir dan Arab Saudi pada 1956 dan Irak pada April 1960.

Pada 1956 itu, ketika Majelis Umum PBB memutuskan menarik mundur pasukan Inggris, Prancis dan Israel dari wilayah Mesir, Indonesia mendukung keputusan itu dan untuk pertama kalinya mengirim Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB ke Mesir yang dinamakan dengan Kontingen Garuda I atau KONGA I.

KONGA II dikirim ke Kongo pada 1960 di bawah misi UNOC dengan jumlah pasukan 1.074 orang, bertugas di Kongo September 1960 hingga Mei 1961.

KONGA III dikirim ke Kongo pada 1962 di bawah misi UNOC dengan jumlah pasukan 3.457 orang, terdiri atas Batalyon 531/Raiders, satuan-satuan Kodam II/Bukit Barisan, Batalyon Kavaleri 7, dan unsur bantuan tempur, bertugas hingga akhir 1963. Menpangad Letjen TNI Ahmad Yani pernah berkunjung ke Markas Pasukan PBB di Kongo (ketika itu bernama Zaire) pada tanggal 19 Mei 1963.

Setelah menyelesaikan tugas perdamaian yang berat, Pasukan Garuda menerima tanda penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia berupa Vespa (sumber lain mengatakan ada juga penghargaan berbentuk uang dan beberapa peti jarum jahit). Di pasaran diketahui adanya vespa Kongo tahun 1963 untuk kontingen 2 dan 3. Kurang diketahui apakah kontingen 1 juga mendapatkannya, karena informasi semacam ini tidak mudah didapat. Yang menarik dan tidak diketahui banyak orang, pemberian vespa tersebut tidak terlepas dari tradisi dalam dunia kemiliteran dalam hal kepangkatan. Vespa berwarna hijau 150cc ditujukan bagi tentara yang lebih tinggi tingkat kepangkatannya, disusul vespa berwarna kuning dan biru 125cc untuk tingkat kepangkatan yang lebih rendah.

Selain itu guna membedakan vespa tersebut dari vespa lain yang satu tipe, disematkan tanda nomor prajurit yang bersangkutan pada sisi sebelah kiri handlebar (stang) yang berbentuk oval terbuat dari bahan kuningan serta sebuah piagam penghargaan yang menyertainya. Maka berseliweranlah vespa-vespa tersebut di jalan-jalan sehingga vespa dengan pantat bulat tersebut dikenal sebagian masyarakat sebagai vespa Kongo, sementara sebagian lain justru menyamaratakan dengan nama vespa ndog (telur) karena bagian samping kanan kirinya bulat mirip telur.

Vespa Congo tidak diproduksi di Italia melainkan di Jerman. Dengan berbahan baku plat baja yang lebih keras daripada Vespa bulat umumnya, vespa ini memiliki tingkat kelengkapan yang lebih daripada vespa buatan Italia yang umum beredar di Indonesia (VBB1T maupun VBB2T).

Jacob Oswald Hoffmann adalah orang Jerman yang berjasa memasukkan vespa ke Jerman. Kerjasama vespa dengan Hoffmann putus awal tahun 1955 karena Hoffmann mendesain model sport sendiri. Kemudian vespa bekerjasama dengan Messerschmitt Co. yang kemudian mengeluarkan produksi vespa pertamanya pada tahun 1955 itu juga. Mereka mengeluarkan dua model yaitu Vespa GS yang di Indonesia sering disebut sebagai GS versi Jerman dan 150 Touren. Mereka juga menyediakan purna jual dan service serta spare part bagi Vespa produksi Hoffmann. Kerjasama ini berlanjut hingga akhir tahun 1957. Vespa GmbH Augsburg kemudian berdiri pada tahun 1958 sebagai sebuah perusahaan patungan antara Piaggio dan Martial Fane Organisation, kongsi ini kemudian juga menyediakan beberapa bagian bagi Vespa Messerschmitt. Saat kerjasama dengan Augsburg inilah Vespa Congo diorder untuk Indonesia.

Kedua model yang dibuat saat berkongsi dengan Messerchmitt (150 Touren dan GS) kemudian dikembangkan dengan beberapa modifikasi. Selain itu Vespa GmbH Augsburg juga melahirkan Vespa 125 cc yang pertama kali diperkenalkan dalam tahun 1958. Produksi berlanjut hingga tahun 1963, yang merupakan saat puncak perubahan skuter dan diproduksinya yang sudah tidak terlalu banyak. Selanjutnya, Jerman memilih hanya mengimpor Vespa langsung dari Itali.

Ciri khas Vespa Congo :

1. Spakboard bulat tidak ada sambungannya seperti vespa umumnya.
2. Ring (pelek/teromol) 10 inchi.
3. Punya tonjolan seperti tombol/saklar di sambungan koplingnya (posisi setang sebelah kiri).
4. Spidometer kotak & agak besar (berbeda dengan spidometer VNA/VNB).
5. Ada lambang garuda di body depan sebelah kiri (sekarang jarang yang ada).
6. Di atas spidometer ada lampu kecil seperti lampu cabe.
7. Nomor mesin diawali dengan kode VGLB.
8. Pada BPKB tercantum tulisan ex Brigade Garuda III.

Sejarah Vespa di Indonesia


“Demam Vespa” di tanah air sangat di pengaruhi oleh “Vespa Congo”. Vespa diberikan sebagai Penghargaan oleh Pemerintah Indonesiaterhadap Pasukan Penjaga Perdamaian Indonesia yang bertugas di Congosaat itu.

Menurut beberapa narasumber, setelah banyak Vespa Congo berkeliaran di jalanan, mulailah Vespa menjadi salah satu pilihan kendaraan roda dua di Indonesia. Importir lokal turut mendukung perkembangan Vespa di tanah air.

Sampai saat ini sudah puluhan varian Vespa yang mampir di Indonesia. Dari yang paling tua hingga yang paling baru ada di Indonesia. Sampai saat ini Indonesia mungkin masih bisa disebut sebagai surganya Vespa. Maraknya ekspor Vespa, sedikit banyak mengurangi populasi Vespa di Indonesia.