REVOLUSI VESPA GEMBEL
Selasa, 26 Februari 2013
GEMBEL, TAPI CINTA LINGKUNGAN
GEMBEL, TAPI CINTA LINGKUNGAN
Jangan heran kalau melihat
tampilan sebuah Vespa kumal, dengan gantungan kaleng bekas oli, kaleng
minuman, botol plastik, potongan kain, spanduk kumal, jerami, sampai
celana dalam, sering kita temui melintas di jalanan. Kendaraan bermotor
seperti itu tentu membuat penilaian yang beragam di masyarakat.
Bagaimana tanggapan para pecinta sepeda motor jenis skuter vespa itu, atas tudingan yang dianggap miring tersebut? Yang jelas, mereka yang menjalaninya, cuek atau acuh tak acuh saja.
Suatu siang yang cerah, suara knalpot sember memecah suasana di jalan utama kota Semarang.
Hampir semua mata di sekitarnya mengalihkan pandangan ke arah sumber
suara. Sebuah kendaraan bermotor jenis Vespa penuh dengan ”hiasan”
sampah melintas pelan. Kecepatannya tak sebanding dengan suaranya yang
kencang memekakkan telinga. Kendaraan yang berjalan tak lebih dari 40
kilometer per jam itu hendak menuju Ungaran, Kabupaten Semarang.
Pengendaranya seorang lelaki muda berboncengan dengan cewek cantik. Di
tempat duduk paling belakang, terlihat gulungan karpet yang terlipat rapi.
Jika diamati lebih dekat, kendaraan bermotor tersebut ternyata sebuah Vespa rombeng tahun 1970-an yang sudah dimodifikasi sesuka mereka Vespa
dirombak sedemikian rupa, shingga bentuknya jadi aneh. Setang tinggi
menjulang yang biasa disebut setang monyet, karena pengendaranya
terlihat seperti monyet sedang menggelayut di batang pohon. Tetapi
pengendara dan yang diboncengkan enjoy saja.
Perombakan
Vespa seperti itu memang macam-macam. Ada yang menambahi gerobak atau
sespan di sampingnya. Ada pula yang menceperkan dan memanjangkan badan
vespa hingga bermeter-meter, ada yang 2 meter, ada pula yang sampai 8
meter. Edan tenan. Memang
ciri khusus Vespa Gembel adalah kotor dan penuh cantelan barang bekas
atau sampah. Maklum, penggemarnya sengaja tidak mencucinya
berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Tampilan vespa makin terlihat
kumuh karena penggemarnya kerap menempelkan aneka ”sampah” sebagai
aksesori. Mulai dari karung goni, drum bekas, galon air, sandal jepit,
CD, selongsong mortir, botol infus, tengkorak sapi, hingga celana dalam,
batu nisan dan lain-lain. Jika dibilang sebuah sepeda motor, sepertinya
sudah ”menyalahi kodrat”.
Namun,
tudingan masyarakat yang beragam seperti tidak menaati peraturan lalu
lintas, atau kotoran berjalan, dianggap angin lalu oleh mereka. Namun,
sikap mereka ternyata tak sekumuh penampilannya. Mereka tetap menaati
peraturan yang berlaku di jalan. Sopan bila diajak bicara, dan disetiap
tempat, pemberhentian, selalu menjaga kebersihan lingkungan.
Komunitas
Vespa Gembel, ada di berbagai kota di Indonesia. Khusus di Semarang,
ada Komunitas Vespa Orang Semarang (VOS). Kelompok ini bermarkas di
Bulusan, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Mereka tidak mau disebut
sebagai grup Vespa Gembel, tetapi menyebut diri sebagai kelompok
Kendaraan Vespa Ekstrem.
Pengurus
VOS Hari Setyawan (22) menjelaskan, komunitas yang berdiri tahun 2001
ini sudah ”kebal telinga” disebut sebagai komunitas preman, gembel atau
tidak patuh terhadap hukum. Terutama kepada delapan anggotanya yang
memakai vespa ekstrem. Sebutan itu justru membuat komunitas yang
memiliki 25 anggota ini makin eksis dan dikenal hingga ujung pulau
Sumatera dan Bali. ”Kami juga manusia biasa yang memiliki akal, pikiran
dan hati nurani. Jangan asal melihat dari penampilan saja. Surat-surat
kendaraan kami lengkap, kami warga yang taat terhadap hukum,” ujarnya.
Mengembara
dengan vespa kesayangan dari kota ke kota adalah wujud betapa vespa
menjadikan hidup mereka penuh warna. Dalam perjalanan itu juga,
solidaritas di antara sesama pengguna vespa nyentrik itu terwujud.
Saling melambaikan tangan atau hormat antarpengendara sebagai ciri khas
yang konon tak pernah dilakukan oleh pengendara motor lainnya. Bahkan,
saat pengendara vespa melihat ada pengendara vespa lainnya mogok di
pinggir jalan, meski belum saling mengenal, mereka akan berhenti dan
membantu agar bisa berjalan lagi.
”Ini
yang membedakan dan menjadi ciri yang tak ada duanya dengan pengguna
motor lainnya. Saya pernah kehabisan uang dan bensin di Ngawi, Jawa
Timur, saya ditolong oleh pengendara vespa yang awalnya tidak kenal dan
sekarang seperti keluarga saja,” ungkap Owol, panggilan akrab Hari
Setyawan .
Sedangkan
”sampah” yang menggantung di belakang dan depan vespa, menurutnya,
bukan sampah yang mengotori jalanan. Para penggemar vespa ekstrem ini
justru turut membantu pemerintah dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Kaleng bekas dan botol minuman yang dibawa ini sebenarnya dikumpulkan
oleh merekadi jalanan. Setelah barang bekas terkumpul banyak, dijual ke
tukang rosok. Sementara barang yang tidak laku, dibiarkan menggantung. ”Uang hasil penjualan barang-barang itu untuk beli bensin dan makan saat melakukan touring,” tandasnya.
Mengembara dari kota ke kota lain dan menyambangi komunitas pecinta
motor buatan:Enrico Piaggio tahun 1884 ini, tak pernah membawa bekal
yang cukup. Maklum, penggemar vespa mayoritas adalah masyarakat dengan
ekonomi kelas bawah. Mengumpulkan barang bekas adalah solusi mereka agar
tetap bisa berjalan, selain berhenti di samping lampu merah untuk
mengamen.
Syarat
untuk menjadi anggota komunitas vespa ini sangat gampang, yakni
memiliki vespa yang harganya murah, dan mau ngumpul. Sedangkan untuk
iuran, komunitas ini tidak membatasi jumlahnya. Alasannya, menyesuaikan
kemampuan ekonomi anggota. Iuran itu biasanya digunakan untuk kegiatan
sosial, seperti membantu anggota komunitas yang sakit, anggota yang
menikah, istri anggota yang melahirkan atau anggota yang benar-benar
tidak mampu membeli beras. Tak ada aturan yang mengikat, karena
komunitas ini memang tidak memiliki anggaran dasar maupun anggaran rumah
tangga (AD/ART).
”Organisasi
yang bebas tapi menjunjung tinggi kekeluargaan, itu semangat yang tak
boleh hilang dari komunitas vespa. Kalau orang kaya bisa pamer
kemewahan, kita bisa pamer kegembelan atau keekstreman,”
tutur mereka berargumentasi. Memang harus diakui, tampilan vespa
ekstrem merupakan bentuk kebebasan yang ditunjukkan oleh pemakainya.
Meski anggotanya tidak dilarang menggunakan vespa jenis ini, dia menilai
vespa ekstrem sebagai bentuk pemakainya yang ingin mencari sensasi
tersendiri saat melintas di jalanan.
Jejaring
komunitas Vespa Gembel sangatlah kuat hingga ke kota-kota lain di luar
Pulau Jawa. Mereka saling mengunjungi, saling membantu dan saling
mendoakan. Ada aturan tidak tersurat ketika sebuah komunitas lain yang
mampir ke markas mereka, yakni kewajiban menjamu. Menyediakan makanan,
tempat menginap sederhana, kadang juga membantu uang bensin. ”Dengan
Vespa Gembel, kita satu keluarga”, itulah semboyan mereka. Masihkah kita
menutup mata dengan keberadaan mereka? Ataukah ini pertanda revolusi
melawan kemapanan sedang berlangsung? Ah, entahlah
vespa gembel ke indonesia
Di Indonesia sendiri, Vespa baru dikenal sejak tahun 1960-an yaitu Vespa Congo. Kendaraan ini diberikan oleh pemerintah Indonesia kepada pasukan TNI (Garuda) yang pulang dari misis PBB di Congo, Afrika.
Revolusi selera terhadap Vespa bagi komunitas pemakai Vespa dan pecinta Vespa negeri orang dibanding di Indonesia sama-sama mengalami pergeseran yang ekstrim dan agresif, tapi perbedaannya yang paling menyolok adalah jenis selera yang berbanding terbalik.
Jika di luar negeri orang mencari Vespa lama untuk dimodigfikasi menjadi benda yang antik, elegan dan romantis, di Indonesia justru (sebagian besar) memodifikasinya menjadi jenis Gembel, Angker, Kolot atau vespa berkarat dan kesannya jorok atau kotor.
Pasti Anda pernah melihat segerombolan motor Vespa dengan gaya urakan yang terkesan tidak diurus oleh penggunanya. Itu adalah komunitas Vespa gembel yang memang dengan sengaja mendesain tunggangannya seperti itu adanya.
Komunitas ini sudah tersebar luas di Jakarta dan sekitarnya dan terbagi dalam berbagai kelompok. Namun, meskipun berkelompok visi mereka tetaplah sama yaitu kebersamaan dan kekeluargaan.
Seperti Eko Banana dari komunitas Vespa gembel Scooterist. Ketertarikan dia mengikuti komunitas ini lantaran dia memang hobi mengembara.
Komunitas Vespa gembel biasanya memodifikasi motormya dengan bermacam gaya, ada yang Classic, Sasis dan Chopper dan berbagai macam aliran modifikasi Vespa mereka lakoni.
Tunggangan sengaja dibikin hancur dan urakan, bak tong sampah berjalan. Mulai dari CD, kaleng susu, dedaunan bahkan kepala kambing menghiasi motor Vespa komunitas ini. Anehnya lagi, tak ada istilah malu bagi komunitas ini.
ini dia koleksi foto vespa “gembel” nya gan…
cekidot….
Di Indonesia sendiri, Vespa baru dikenal sejak tahun 1960-an yaitu Vespa Congo. Kendaraan ini diberikan oleh pemerintah Indonesia kepada pasukan TNI (Garuda) yang pulang dari misis PBB di Congo, Afrika.
Revolusi selera terhadap Vespa bagi komunitas pemakai Vespa dan pecinta Vespa negeri orang dibanding di Indonesia sama-sama mengalami pergeseran yang ekstrim dan agresif, tapi perbedaannya yang paling menyolok adalah jenis selera yang berbanding terbalik.
Jika di luar negeri orang mencari Vespa lama untuk dimodigfikasi menjadi benda yang antik, elegan dan romantis, di Indonesia justru (sebagian besar) memodifikasinya menjadi jenis Gembel, Angker, Kolot atau vespa berkarat dan kesannya jorok atau kotor.
Pasti Anda pernah melihat segerombolan motor Vespa dengan gaya urakan yang terkesan tidak diurus oleh penggunanya. Itu adalah komunitas Vespa gembel yang memang dengan sengaja mendesain tunggangannya seperti itu adanya.
Komunitas ini sudah tersebar luas di Jakarta dan sekitarnya dan terbagi dalam berbagai kelompok. Namun, meskipun berkelompok visi mereka tetaplah sama yaitu kebersamaan dan kekeluargaan.
Seperti Eko Banana dari komunitas Vespa gembel Scooterist. Ketertarikan dia mengikuti komunitas ini lantaran dia memang hobi mengembara.
Komunitas Vespa gembel biasanya memodifikasi motormya dengan bermacam gaya, ada yang Classic, Sasis dan Chopper dan berbagai macam aliran modifikasi Vespa mereka lakoni.
Tunggangan sengaja dibikin hancur dan urakan, bak tong sampah berjalan. Mulai dari CD, kaleng susu, dedaunan bahkan kepala kambing menghiasi motor Vespa komunitas ini. Anehnya lagi, tak ada istilah malu bagi komunitas ini.
ini dia koleksi foto vespa “gembel” nya gan…
cekidot….
Vespa Gembel Indonesia (Weird Custom Vespa)
Ini beberapa pict. langsung dari jalana :
Dengan pengexpresian para pecinta vespa Indonesia ini, kita sangat bangga karena memiliki ciri style yang nggak kalah menarik dari club-club luar negeri, mungkin style vespa Indonesia inilah yang paling keren dan sangar dari seluruh dunia. Kita disini melihat bahwa seni itu tidak terbatas pada sesuatu hal saja, tepi seni itu luas mencakup beberapa unsur, dan unsur-unsur seni itu telah dimunculkan oleh para komunitas vespa. Maju terus komunitas vespa aneh Indonesia.
Sejarah Vespa
Vespa
Vespa adalah merek sepeda motor jenis skuter yang berasal dari Italia. Perusahaan induk dari Vespa, adalah Piaggio. Pada awal kedatangannya Vespa mempunyai saingan berat
skuter Lambretta, sekarang otomatis Vespa sebagai motor skuter konvensional
tidak mempunyai saingan lagi. Pasar sepeda motor Indonesia yang unik tidak
memberikan kesempatan kepada Vespa untuk menjadi besar. Merek yang diedarkan
oleh PT Dan Motor
Indonesia ini mempunyai penggemar fanatik,
dan klub-klub penggemar Vespa (terutama Vespa klasik) menjamur diberbagai kota
di Indonesia, Juga sering disebut Piaggio Kodok karena mirip VW
Kodok.dan vespa menjadi salah satu alat
transportasi yang modern sampai saat ini. Vespa juga termasuk alat transportasi
yang ekonomis, karena harganya yang relatif murah tapi tetap berkualitas.
akhir-akhir ini pula vespa mulai mengeluarkan produk baru nya yaitu vespa
matic.
Piaggio dibangun oleh pemuda berusia
24 tahun bernama Rinaldo Piaggio di 1884 dengan memproduksi kapal mewah,
kereta, mesin hingga body truk. Terjadinya Perang Dunia 1 membawa perubahan
terhadap aktivitas Piaggio selama beberapa decade. Mereka mulai memproduksi
pesawat dan seaplanes alias pesawat yang memiliki kemampuan mendarat di atas
air. Untuk menunjang produksinya, mereka membutuhkan fasilitas produksi yang
lebih banyak. Di 1917 Piaggio membangun pabrik baru di Pisa, diikuti oleh
pabrik di Pontedera empat tahun berikutnya. Sebelum dan sesudah Perang Dunia
II, Piaggio menjadi salah satu produsen pesawat terbaik di Italia sebelum
akhirnya pabriknya hancur akibat perang.
Lepas perang berakhir, Putra Rinaldo
Piaggio, Enrico dan Armando membangun kembali pabrik di Pontedera yang luluh
lantah. Setelah membawa mesin dari pabrik Biella, Enrico kembali memproduksi
sebuah produk yang fokus terhadap mobilitas personal. Dia menggunakan sebagian
intuisinya untuk mengembangkan kendaraan dengan desain luar biasa berkat tangan
dingin insinyur aeronautika, Corradino D’Ascanio. Vespa – yang dalam bahasa
Italia berarti Lebah merupakan buah dari determinasi Enrico Piaggio yang
bersikeras untuk membuat sebuah produk dengan biaya rendah.
Selama lebih dari 6 dekade
mendominasi segmen skuter, Vespa hingga saat ini menjadi contoh unik industri
desain yang tidak akan pernah mati. Berkat inovasi baik teknologi maupun desain
yang telah dituangkan telah membuat produk Vespa lambat laun berubah dari
sebuah produk transportasi menjadi salah satu bagian dari sejarah sosial.
Vespa merupakan simbol dari
kreativitas ala Italia yang termashyur di seluruh dunia yang dibuktikan oleh
kesuksesan penjualan dari tahun ke tahun. Vespa juga terkenal sebagai salah
satu merk yang bernaung di bawah payung Piaggio Group yang bermarkas di
Pontedera (Pisa) dan menjadi salah satu pimpinan manufaktur roda dua di dunia.
Piaggio Group secara global memiliki
beberapa pabrik, antara lain: Pontedera (Pisa) yang memproduksi merk Piaggio,
Vespa dan Gilera; Scorze (Venice) tempat memproduksi Aprilia dan Scarabeo;
Mandello del Lario (Lecco) untuk merk Moto Guzzi; Baramati (India) yang
memproduksi light-commercial vehicles roda tiga dan empat untuk pasar India;
dan Vinh Phuc (Vietnam) tempat pembuatan skuter Vespa untuk pasar lokal dan
ASEAN. Rentang produksi Piaggio Group meliputi skuter, sepeda motor dan moped
mulai dari kapasitass 50 hingga 1.200cc yang dijual dibawah merk Piaggio,
Vespa, Gilera, Aprilia, Moto Guzzi, Derbi dan Scarabeo. Piaggio Grup juga
merupakan manufaktur untuk light commercial vehicles roda tiga dan empat dengan
merk Ape, Porter dan Quargo
PT. Danmotor Vespa Indonesia
(DVI/Danmotor) adalah produsen Vespa terbesar di Asia Tenggara sekaligus mata
rantai yang tak terpisahkan dari sejarah Vespa di dunia. perusahaan ini
didirikan tanggal 27 Juli 1970 dan kemudian berhenti berproduksi tahun 2007.
Ada 2 artikel tentang detail PT Danmotor yang jarang diketahui orang. Pertama
dari artikel Otomotif edisi majalah (edisi khusus) 03 tahun 2002 halaman 18 dan
artikel kedua dari majalah MotoRiders edisi ke-26 bulan April 2003 halaman 70,
saya ambil dari forum Vespa Indonesia Online (VIO) yang sebelumnya saya ketik
sendiri dengan username saya sendiri. Semoga artikel ini berguna bagi kita
semua
SEJARAH VESPA YANG LEGENDARIS
Vespa adalah merk scooter dari Italia. Vespa didirikan tanggal 23 April 1946 di Florence di bawah perusahaan induk Piaggio & Co. SpA yang bermarkas di Pontedera
Italia. Piaggio merupakan perusahaan pembuat kendaraan roda dua
terbesar di Eropa dan terbesar ke-empat dunia ditinjau dari sisi
penjualan. Sejak awal produksi, skuter Vespa telah terkenal akan cat
yang melekat kuat, body motor yang terbuat dari baja tekan, penutup
mesin yang punya estetika (yang sekaligus bisa menyembunyikan mekanisme
mesin maupun gemuk atau kotoran yang menempel), papan pijakan kaki
rata (yang menyediakan perlindungan kaki), dan tameng depan struktural
yang sekaligus melindungi pengendara dari terpaan angin maupun air
dari depan. Tidak diragukan lagi, Vespa merupakan skuter pertama
yang secara global meraih kesuksesan.
Inspirasi desain Vespa (dan Lambretta) dianggap diambil dari skuter buatan Nebraska, Amerika yaitu skuter Cushman
Airborne A53 berwarna hijau zaitun (di kemudian hari justru Cushman
menjadi pabrik di bawah lisensi Vespa) yang sebelum PD2 banyak
berkeliaran di Italia sebagai transportasi militer Amerika karena
taktik perang NAZI saat itu yang menghancurkan jalan dan jembatan di
Dolomites (daerah sektor Alps) dan perbatasan Austria.
Pada
Perang Dunia I dan II, perusahaan pendahulu Vespa (Piaggio)
memfokuskan pada produksi pesawat pembom. Mungkin itu yang menjadi
alasan mengapa Pontedera
menjadi target dan akhirnya dihancurkan oleh bom Sekutu. Ekonomi
Italia pun lumpuh dan keadaan jalan yang hancur saat itu tidak
mendukung pembangunan kembali pasar mobil. Enrico Piaggio,
putra pendiri Rinaldo Piaggio, memutuskan untuk meninggalkan bidang
penerbangan dalam rangka mengatasi kebutuhan mendesak Italia akan
sarana transportasi yang modern namun cukup terjangkau oleh rakyat.
Enrico
Piaggio melalui pabriknya di Biella sebenarnya telah memproduksi
motor-scooter (1943-1944). Prototipe ini didesain oleh insinyur
Piaggio yaitu Renzo Spolti bersama Vittorio Casini dan diberi kode MP5 (Moto
Piaggio 5), yang kemudian oleh para pekerja dinamai “Paperino” yang
berarti “Donald Duck”. Enrico Piaggio tidak menyukai desain ini
kemudian meminta insinyur Corradino D’Ascanio untuk me-review proyek
tersebut dan mendesain kembali sesuatu yang berbeda, dengan
pengembangan teknis dan model. Meskipun tidak suka, namun 100 unit
Paperino telah diproduksi yang sekarang hanya dimiliki oleh para
kolektor (salah satunya ada di Indonesia).
(Spesifikasi
Paperino : Dua tak, Silinder tunggal, Bore 50 mm, Stroke 50 mm,
Kapasitas 98 cc, Girbox continuous speed-variator, Transmisi rantai
atau cardan, Top speed 60 km/h, Suspensi 2 pipa berpegas, Rem tromol,
Ban 4.00-10)
Insinyur aeronautika Corradino D’Ascanio
(bergabung dengan Piaggio tahun 1934) yang mendapat tugas pendesainan
kembali tersebut sebelumnya bertanggung jawab akan desain,
konstruksi, dan menerbangkan helikopter modern pertama Agusta.
D’Ascanio sebelumnya telah dimintai konsultasi oleh Ferdinando Innocenti
untuk mendesain kendaraan yang sederhana, kuat, dan terjangkau, mudah
dikendarai laki-laki maupun wanita, bisa memuat penumpang, dan
tidak membuat pakaian pengendaranya kotor (maka keluarlah Lambretta
pertama). Karena suatu hal, D’Ascanio bermasalah dengan
Innocenti kemudian menyerahkan desainnya kepada Enrico Piaggio.
D’Ascanio membuat rancangan yang
simple, ekonomis, nyaman dan juga elegan. D’Ascanio memang
memimpikan sebuah revolusi kendaraan baru karena ia sendiri sebenarnya
benci dan tidak dapat mengendarai sepeda motor roda dua karena
dianggapnya berat, kotor, dan tidak tangguh. Maka ia mengambil
gambaran dari keahliannya di bidang teknologi pesawat terbang. Dia
membayangkan sebuah kendaraan yang dibangun dengan sebuah “Monocoque”
atau Unibody Steel Chassis. Garpu depan seperti ban pesawat yang
sedang mendarat dan mudah untuk penggantian ban. Hasilnya adalah
sebuah design yg terinspirasi dari pesawat yang sampai saat ini berbeda
dengan kendaraan yang lain.
Tahun 1945, tahun dimana
Indonesia mendapatkan kemerdekaannya, konstruksi alternatif tersebut
ditemukan. Awalnya berupa sebuah konsep sepeda motor berkerangka besi
dengan lekuk membulat bagai terowong. Yang mengejutkan, ternyata
bagian staternya dirancang dengan menggunakan komponen bom dan rodanya
diambil dari roda pesawat tempur. Guna mengoptimalkan bentuk dan
keamanan penggunanya, sang insinyur merancang papan penutup kaki pada
bagian depan. Proyek ini dipimpin langsung oleh Corradino d’Ascanio
sehingga hak paten pun segera dapat mereka kantongi.
Tahun 1946, selesailah prototipe skuter dengan seri MP 6 (Moto Piaggio 6). Saat sang boz Enrico Piaggio melihat prototipe MP6 itu, ia secara tak sengaja berseru “Sambra Una Vespa”
(terlihat seperti Tawon). Akhirnya dari seruan tak sengaja itu,
diputuskan kendaraan tersebut diberi nama “Vespa” (=tawon). Vespa
menurut bahasa Latin dan Italia memang berarti tawon.
Pada
tanggal 23 April 1946, jam 12 di kantor pusat untuk penemuan, model
dan pembuatan Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Ministry of
Industry and Commerce) di Florence, Piaggio e CSpA mengambil paten
untuk “sebuah sepeda motor yang kompleks, bagian dan elemennya
rasional, yang digabungkan dengan frame yang dilengkapi tameng lumpur,
dan casing yang menutupi seluruh bagian mekanis “. Pada bulan
Desember hak paten tersebut disetujui. Pada musim semi 1946, tiga
belas contoh pertama MP6 yang diproduksi massal di pabrik Piaggio di
Pontedera, Italia muncul.
Setelah
debut publik di Milan Fair 1946, lima puluh pertama dijual
perlahan, mungkin karena harganya untuk segmen atas seperti ketika
pertama kali diintroduksi ke Indonesia. Penjualan vespa tahun 1947
sejumlah 2.500 unit, lebih dari 10.000 unit pada tahun 1948, 35.000
unit pada akhir tahun 1949, lebih dari 60.000 unit pada tahun 1950,
dan lebih dari satu juta unit pada tahun 1956 yang membuktikan bahwa
bentuk ‘tawon’ tersebut sangat bisa diterima oleh masyarakat saat itu.
Selain kesuksesan Italia dalam menjadi perintis bentuk motor ala
‘tawon’ itu, bahasa Italia juga mendapatkan kosa kata baru, yaitu
“vespare” yang berarti pergi ke suatu tempat menggunakan Vespa.
Antara tahun 1960-an hingga
1970-an, Vespa menjadi simbol dari revolusi gagasan pada waktu itu.
Produk ini ternyata laris diserap pasar Prancis, Inggris, Belgia,
Spanyol, Brazil, dan India — selain di pasar domestik produk ini laku
bagai kacang goreng. Selain itu, India pun memproduksi jenis dan
bentuk yang sama dengan mengambil mesin Bajaj. Jenisnya adalah Bajaj
Deluxe dan Bajaj Super. Sejumlah pihak lantas mengajukan lamaran
untuk joint membuat Vespa.
Pada
1950 munculah Vespa 125 cc buatan Jerman. Pada saat itu banyak
negara lain yang mencoba membuat produk serupa, tetapi ternyata mereka
tak sedikitpun mampu menyaingi Piaggio. Di antara pesaing itu
adalah Lambretta, Heinkel, Zundapp, dan NSU. Bagi masyarakat
Indonesia, produk Lambretta dan Zundapp, sempat populer di era
1960-an. Ada yang menganggap bahwa fanatisme terhadap Vespa ternyata
muncul akibat ciri dasar bentuk motor ini yang selalu dipertahankan
pada setiap produk berikutnya. Bahkan saat mereka terbilang
melakukan ”revolusi” bentuk pada produk baru, Vespa 150 GS, kekhasan
pantat bahenol masih terasa melekat.
Produk
GS 150 kala itu sangat populer sehingga hampir selalu tampil di tiap
film tahun 1960-an. Kala itu vespa ini dikenal sebagai Vespamore
(di Indonesia dikenal sebagai vespa Ndog / telur atau vespa Kongo).
Kemudi dan lampu sorot seri ini mulai dibuat menyatu dan bentuk
pantatnya benar-benar masih membulat yang menjadi ciri khasnya.
Vespa
secara garis besar terbagi dalam dua ukuran, “largeframe” dan
“smallframe”. Vespa smallframe terdiri dari versi 50 cc, 90 cc, 100
cc, dan 125 cc. Semua menggunakan mesin yang diturunkan dari model
50 cc tahun 1963. Vespa largeframe di 125 cc, 150 cc, 160 cc, 180
cc, dan 200 cc menggunakan mesin yang diturunkan dari mesin 125 cc
yang didesain ulang produksi akhir tahun 1950-an. Vespa largeframe
berevolusi menjadi PX di akhir 1970-an dan diproduksi dengan versi 125
cc dan 150 cc sampai Juli 2007. Smallframe berevolusi menjadi PK
pada awal tahun 1980.
Dan
cerita terus berlanjut saat ini dengan model generasi baru Vespa
dengan mempersembahkan Vespa ET2, Vespa ET4, Vespa Grand Turismo dan
Vespa PX 150. Vespa bukan hanya sekedar skuter tapi menjadi salah
satu icon besar orang Italia.
Berikut ini adalah tahun rilis masing-masing model Vespa (dari tahun 1944 hingga 1980) :
Berikut ini adalah tahun rilis masing-masing model Vespa (dari tahun 1944 hingga 1980) :
Vespa MP5 & MP6 Prototipe – 1944 hingga 1945
Vespa 98 – 1946
Vespa Corsa – 1947
Vespa 125 – 1948
Vespa GS 150 – VS1 to VS5 Gran Sport – 1955 hingga 1961
Vespa GS 160 – MK1 to MK2 – 1962
Vespa GT Gran Turismo & Sportique – 1962 hingga 1967
Vespa 125 Super & 150 Super VBC – 1965 hingga 1979
Vespa Sprint & Sprint Veloce VLB – 1969 hingga 1979
Vespa SS 180 SuperSport – 1964 hingga 1968
Vespa Rally – 1968 hingga 1972
Vespa 50 & 50 Special – 1964 hingga 1973
Vespa Primavera – 1968 hingga 1976
Vespa PX – 1980 hingga 1982
sejarah vespa masuk ke Indonesia
Seperti telah kita sama-sama ketahui, perang yang berkecamuk di benua Afrika dalam dekade 1960?an memberikan dampak yang irasional terhadap popularitas Vespa khususnya di tanah air tercinta ini. Sebagai bagian dari kepedulian Bangsa Indonesia terhadap perdamaian dunia, maka setelah berakhirnya Perang Congo (negara ini beberapa kali berganti nama Congo, Zaire, Congo) tanggal 31 Juli 1960 PBB mendaulat Republik Indonesia untuk mengirimkan pasukannya guna menjadi bagian dari pasukan penjaga perdamaian di Negara Congo. Wujud kepedulian yang tinggi atas perdamaian dimuka bumi, Bangsa Indonesia mengutus pasukan terbaiknya ke Congo dengan sandi Pasukan Garuda Indonesia melalui beberapa kali pendaratan.
Setelah tugas sebagai pasukan penjaga perdamaian diselesaikan, Pasukan Garuda Indonesia menerima tanda penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia, dimana salah satunya berupa Vespa (dari beberapa sumber mengatakan bahwa dalam pemberian itu juga ada yang berbentuk uang dan beberapa peti jarum jahit). Terlihat disini Vespa sesungguhnya telah mengikat kita (para scooteris) dengan bangsa kita dalam kancah internasional, walaupun tidak pernah tertulis dalam tinta emas sejarah republik ini.
Menarik disimak bahwa penghargaan Vespa tersebut juga tidak terlepas dari tradisi dalam dunia kemiliteran. Beberapa sumber mengatakan bahwa untuk Vespa yang berwarna hijau 150 cc ditujukan bagi tentara yg lebih tinggi tingkat kepangkatannya, sementara yang berwarna kuning dan biru 125 cc untuk tingkat kepangkatan yang lebih rendah. Selain itu guna melengkapi jati diri atas Vespa dimaksud juga di sematkan tanda nomor prajurit yang bersangkutan, pada sisi sebelah kiri handlebar (stang) yang berbentuk oval terbuat dari bahan kuningan serta sebuah piagam penghargaan yang menyertainya.
Setelah itu maka pada tahun-tahun tersebut ramailah Vespa dengan sebutan Vespa Congo berseliweran di jalan-jalan, sebuah Vespa baru yang menambah tipe Vespa sebelumnya telah hadir. Kondisi ini ternyata juga memberikan dampak positif bagi penjualan Vespa di tanah air saat itu. Vespa Congo yang berbentuk bulat telah memberikan konstribusi berupa iklan gratis bagi importir Vespa di Indonesia. Perkembangan ini kemudian menimbulkan semacam stigma disini bahwa Vespa yg berbentuk bulat ya?Vespa Congo.
Jadi jangan heran apabila saat ini generasi sebelum kita menyebut Vespa bulat dengan sebutan Vespa Congo, walaupun Vespa yang dimaksud sesungguhnya adalah Vespa keluaran tahun 1962 atau Vespa keluaran tahun 1965
Seiring dengan perjalanan waktu maka mulailah sebuah evolusi kepunahan atas Vespa Congo di tanah air terjadi. Banyak sebab yang menjadikan hal tersebut terjadi, seperti telah dijualnya Vespa dimaksud oleh pemilik aslinya atau ada beberapa bagian yang rusak berat sehingga sangat sulit untuk diperbaiki. Hal ini mengingat terbatasnya jumlah Vespa jenis tersebut yang disebabkan keberadaannya juga sangat signifikan dengan jumlah tentara kita yang menerima. Walaupun penulis pernah menemui Vespa jenis tersebut yang bukan milik Pasukan Garuda Indonesia (sepertinya pernah juga Vespa jenis tersebut masuk ke Indonesia melalui importir Vespa waktu itu ), namun tetap saja pasokan akan suku cadang maupun hal-hal lain yang menyertainya, seperti spakbor depan atau speedo meternya sangat minim tersedia. Tidak demikian halnya dengan Vespa jenis lain yang masih banyak diproduksi walaupun oleh rumah produksi lokal.
Dengan kondisi tersebut di atas maka Vespa Congo mulai masuk daftar sebagai salah satu The Most Wanted Vespa in Indonesia, yang dijadikan tunggangan scooteris maupun sebagai barang koleksi bagi kolektor Vespa.
SEJARAH VESPA KONGO
VESPA MASUK KE INDONESIA
Vespa masuk ke Indonesia pada tahun 1960 melalui ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merk) PT Danmotors Vespa Indonesia/DVI di Pulo Gadung Jakarta yang sekarang sudah tidak aktif lagi (sekarang dipegang oleh PT Sentra Kreasi Niaga/SKN sebagai dealer utama saja. Note: Bukan importir atau distributor eksklusif).
VESPA KONGO
Vespa Kongo adalah vespa penghargaan dari pemerintah Indonesia kepada kontingen Pasukan Penjaga Perdamaian Indonesia yang bertugas di Kongo saat itu. Pasukan bernama Kontingen Garuda (disingkat KONGA atau Pasukan Garuda) yang turut diperhitungkan di dunia dibandingkan pasukan perdamaian negara lain itu adalah pasukan Tentara Nasional Indonesia yang ditugaskan sebagai pasukan perdamaian di negara lain. Indonesia mulai turut serta mengirim pasukannya sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian PBB sejak 1957. Awalnya, saat Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, Mesir langsung mengadakan sidang menteri luar negeri negara-negara Liga Arab dan merupakan negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia dengan datang langsung ke Ibu Kota RI waktu itu yaitu Yogyakarta. Untuk membalas budi Mesir dan Liga Arab, Presiden Sukarno membalas pembelaan negara-negara Arab di forum internasional dengan mengunjungi Mesir dan Arab Saudi pada 1956 dan Irak pada April 1960.
Pada 1956 itu, ketika Majelis Umum PBB memutuskan menarik mundur pasukan Inggris, Prancis dan Israel dari wilayah Mesir, Indonesia mendukung keputusan itu dan untuk pertama kalinya mengirim Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB ke Mesir yang dinamakan dengan Kontingen Garuda I atau KONGA I.
KONGA II dikirim ke Kongo pada 1960 di bawah misi UNOC dengan jumlah pasukan 1.074 orang, bertugas di Kongo September 1960 hingga Mei 1961.
KONGA III dikirim ke Kongo pada 1962 di bawah misi UNOC dengan jumlah pasukan 3.457 orang, terdiri atas Batalyon 531/Raiders, satuan-satuan Kodam II/Bukit Barisan, Batalyon Kavaleri 7, dan unsur bantuan tempur, bertugas hingga akhir 1963. Menpangad Letjen TNI Ahmad Yani pernah berkunjung ke Markas Pasukan PBB di Kongo (ketika itu bernama Zaire) pada tanggal 19 Mei 1963.
Setelah menyelesaikan tugas perdamaian yang berat, Pasukan Garuda menerima tanda penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia berupa Vespa (sumber lain mengatakan ada juga penghargaan berbentuk uang dan beberapa peti jarum jahit). Di pasaran diketahui adanya vespa Kongo tahun 1963 untuk kontingen 2 dan 3. Kurang diketahui apakah kontingen 1 juga mendapatkannya, karena informasi semacam ini tidak mudah didapat. Yang menarik dan tidak diketahui banyak orang, pemberian vespa tersebut tidak terlepas dari tradisi dalam dunia kemiliteran dalam hal kepangkatan. Vespa berwarna hijau 150cc ditujukan bagi tentara yang lebih tinggi tingkat kepangkatannya, disusul vespa berwarna kuning dan biru 125cc untuk tingkat kepangkatan yang lebih rendah.
Selain itu guna membedakan vespa tersebut dari vespa lain yang satu tipe, disematkan tanda nomor prajurit yang bersangkutan pada sisi sebelah kiri handlebar (stang) yang berbentuk oval terbuat dari bahan kuningan serta sebuah piagam penghargaan yang menyertainya. Maka berseliweranlah vespa-vespa tersebut di jalan-jalan sehingga vespa dengan pantat bulat tersebut dikenal sebagian masyarakat sebagai vespa Kongo, sementara sebagian lain justru menyamaratakan dengan nama vespa ndog (telur) karena bagian samping kanan kirinya bulat mirip telur.
Vespa Congo tidak diproduksi di Italia melainkan di Jerman. Dengan berbahan baku plat baja yang lebih keras daripada Vespa bulat umumnya, vespa ini memiliki tingkat kelengkapan yang lebih daripada vespa buatan Italia yang umum beredar di Indonesia (VBB1T maupun VBB2T).
Jacob Oswald Hoffmann adalah orang Jerman yang berjasa memasukkan vespa ke Jerman. Kerjasama vespa dengan Hoffmann putus awal tahun 1955 karena Hoffmann mendesain model sport sendiri. Kemudian vespa bekerjasama dengan Messerschmitt Co. yang kemudian mengeluarkan produksi vespa pertamanya pada tahun 1955 itu juga. Mereka mengeluarkan dua model yaitu Vespa GS yang di Indonesia sering disebut sebagai GS versi Jerman dan 150 Touren. Mereka juga menyediakan purna jual dan service serta spare part bagi Vespa produksi Hoffmann. Kerjasama ini berlanjut hingga akhir tahun 1957. Vespa GmbH Augsburg kemudian berdiri pada tahun 1958 sebagai sebuah perusahaan patungan antara Piaggio dan Martial Fane Organisation, kongsi ini kemudian juga menyediakan beberapa bagian bagi Vespa Messerschmitt. Saat kerjasama dengan Augsburg inilah Vespa Congo diorder untuk Indonesia.
Kedua model yang dibuat saat berkongsi dengan Messerchmitt (150 Touren dan GS) kemudian dikembangkan dengan beberapa modifikasi. Selain itu Vespa GmbH Augsburg juga melahirkan Vespa 125 cc yang pertama kali diperkenalkan dalam tahun 1958. Produksi berlanjut hingga tahun 1963, yang merupakan saat puncak perubahan skuter dan diproduksinya yang sudah tidak terlalu banyak. Selanjutnya, Jerman memilih hanya mengimpor Vespa langsung dari Itali.
Ciri khas Vespa Congo :
1. Spakboard bulat tidak ada sambungannya seperti vespa umumnya.
2. Ring (pelek/teromol) 10 inchi.
3. Punya tonjolan seperti tombol/saklar di sambungan koplingnya (posisi setang sebelah kiri).
4. Spidometer kotak & agak besar (berbeda dengan spidometer VNA/VNB).
5. Ada lambang garuda di body depan sebelah kiri (sekarang jarang yang ada).
6. Di atas spidometer ada lampu kecil seperti lampu cabe.
7. Nomor mesin diawali dengan kode VGLB.
8. Pada BPKB tercantum tulisan ex Brigade Garuda III.
Sejarah Vespa di Indonesia
“Demam Vespa” di tanah air sangat di pengaruhi oleh “Vespa Congo”. Vespa diberikan sebagai Penghargaan oleh Pemerintah Indonesiaterhadap Pasukan Penjaga Perdamaian Indonesia yang bertugas di Congosaat itu.
Menurut beberapa narasumber, setelah banyak Vespa Congo berkeliaran di jalanan, mulailah Vespa menjadi salah satu pilihan kendaraan roda dua di Indonesia. Importir lokal turut mendukung perkembangan Vespa di tanah air.
Sampai saat ini sudah puluhan varian Vespa yang mampir di Indonesia. Dari yang paling tua hingga yang paling baru ada di Indonesia. Sampai saat ini Indonesia
mungkin masih bisa disebut sebagai surganya Vespa. Maraknya ekspor
Vespa, sedikit banyak mengurangi populasi Vespa di Indonesia.
Langganan:
Postingan (Atom)